Jakarta – Kementerian Kehutanan telah melakukan investigasi penyebab kematian seekor anak gajah Sumatera di Kawasan Hutan Alue Jang, Aceh Jaya. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Satyawan Pudyatmoko, menyatakan bahwa gajah yang mati itu baru berusia dua hari.
“Menindaklanjuti kejadian kematian gajah tersebut, tim BKSDA Aceh telah melakukan investigasi di lokasi, pemeriksaan medis, dan nekropsi. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kematian anak gajah tersebut diduga akibat dehidrasi dan kelainan/infeksi di daerah pusar perutnya,” kata Satyawan kepada Tempo , Senin, 2 Desember 2024.
Dalam catatan Kementerian Kehutanan tahun 2024, menurut Satyawan, untuk wilayah Aceh, total kematian gajah mencapai delapan ekor, yang sebagian besar disebabkan oleh konflik gajah dengan manusia. “Juga terjadi kelahiran gajah sebanyak lima ekor pada periode Januari 2024 hingga Oktober 2024,” katanya.
Selain kematian gajah di Aceh, Satyawan juga menyinggung kematian gajah di Jambi pada Oktober lalu. Ia menyatakan, kematian gajah tersebut diduga akibat perburuan dengan indikasi perburuan gading gajah.
“Hal itu berdasarkan hasil visum terhadap gajah tersebut, ditemukan sepasang gading yang hilang diduga sudah tercabut, bangkai gajah sudah membusuk menandakan kematian sudah lama, mengeluarkan bau busuk, dan beberapa organ tubuh sudah membusuk,” ungkapnya.
Satyawan menyebutkan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada bangkai gajah tersebut, seperti bekas jerat tali dan luka tembak. “Beberapa sampel organ tubuh gajah diambil untuk dilakukan pemeriksaan toksikologi dan histopatologi di Laboratorium Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia.”
Terkait kejadian ini, Satyawan menyampaikan, pihaknya bersama BKSDA Jambi berkoordinasi dengan Satgas Satwa Liar Sumatera untuk melakukan penyelidikan dan melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian guna proses penyidikan dan penegakan hukum lebih lanjut terhadap para pelaku.
Para saksi telah dipanggil. “BKSDA Jambi juga telah mengirimkan sampel hasil otopsi ke Laboratorium Forensik Nasional dan sedang menunggu hasilnya,” katanya.
Satyawan mencatat, di wilayah Jambi sepanjang 2024 tercatat lima ekor gajah mati, sebagian besar disebabkan konflik manusia dengan gajah.