Kurang dari 100 ekor lutung Cat Ba yang tersisa di habitat aslinya, Pulau Cat Ba, Vietnam. Mereka bertahan hidup dengan minum air asin di sekitar pulau.
“Kemampuan beradaptasi mereka menjadikan hewan ini unik. Minum air garam adalah contoh luar biasa dari kemampuan ini,” ujar Dr Liye Zhang, ahli genetika di Pusat Primata Jerman (DPZ) dan penulis utama penelitian yang dipublikasi di Nature Communications ini.
Kondisi Hidup Lutung Cat Ba
Lutung Cat Ba (Trachypithecus poliocephalus) tinggal di Pulau Cat Ba yang terpencil. Habitatnya juga terancam oleh fragmentasi atau pemecahan lahan untuk pembangunan serta gangguan dari pariwisata yang tidak terkontrol.
Karena hidup terisolir, mereka kerap melakukan perkawinan sedarah. Praktik ini membuat primata ini kehilangan keanekaragaman genetik dan rentan sakit. Untungnya, keanekaragaman genetik mereka masih bertahan pada sejumlah fungsi, termasuk dalam beradaptasi minum air asin untuk bertahan hidup.
Dikutip dari laman DPZ, adaptasi lutung Cat Ba minum air asin adalah akibat kurangnya sumber air tawar di sekitarnya. Hasil studi Dr Liye Zhang dan rekan-rekan mendapati, adaptasi genetik ini memungkinkan mereka mengatasi kadar natrium yang tinggal dalam air garam.
Perlu Perlindungan
Kendati lutung Cat Ba bisa beradaptasi dengan kondisi minim air tawar, hewan ini tetap berstatus sebagai primata paling langka di dunia. Dari yang semula ratusan ekor, pada 2004, hanya ada 40 ekor lutung Cat Ba di dunia akibat perburuan, perburuan ilegal, dan perusakan habitat.
Populasi lutung Cat Ba kemudian menjadi 85 ekor usai pemulihan. Rendahnya populasi primata ini mendesak adanya upaya konservasi terpusat untuk memastikannya tidak punah.
“Hasil penelitian ini menyoroti urgensi untuk melindungi Lutung cat Ba dan habitatnya dengan lebih baik,” tegas Prof Dr Christian Roos, ilmuwan di DPZ dan salah satu penulis studi ini.
Keanekaragaman Genetik Lutung Cat Ba
Meskipun banyak populasi mamalia menurun di seluruh dunia, efek genetik dari penurunan populasi sering kali belum diteliti. Peneliti menilai, lutung Cat Ba merupakan spesies yang berharga sebagai untuk menengok hubungan penurunan drastis populasi terhadap jatuhnya keragaman genetik suatu spesies.
Data genom menunjukkan bahwa spesies ini memiliki keanekaragaman genetik yang sangat rendah, termasuk tingkat heterozigositas yang terendah di antara primata. Kondisi ini mencerminkan dampak dari penurunan populasi yang signifikan.
Tingginya angka perkawinan sedarah dapat meningkatkan risiko akumulasi mutasi yang merugikan dan dapat mengancam kelangsungan spesies ini. Meskipun begitu, lutung ini menunjukkan adaptasi genetik yang unik terhadap asupan kalsium tinggi dan kemungkinan konsumsi air asin. Ini menunjukkan potensi evolusi meskipun dalam kondisi yang sulit.
Proyek Konservasi Lutung Cat Ba
Proyek konservasi Lutung Cat Ba dimulai pada tahun 2000 oleh Allwetterzoo Münster dan Masyarakat Zoologi untuk Konservasi Spesies dan Populasi, bekerja sama dengan Taman Nasional Cat Ba untuk melindungi primata dan spesies hewan dan tumbuhan lain yang terancam punah serta habitat unik mereka.
Keturunan lutung Cat Ba yang awalnya disita dari perdagangan satwa liar ilegal dirawat dan dibiakkan di sana. Penggandaan populasi menjadi salah satu programnya.
“Di tahun-tahun mendatang, akan semakin penting untuk melindungi habitat secara efektif dalam jangka panjang dan, jika perlu, mengkolonisasi kembali habitat lain di pulau itu,” tegas Jörg Junhold, Direktur Kebun Binatang Leipzig Jerman.