Nationalgeographic.co.id—Peran air sangatlah penting bagi kehidupan di dunia ini. Manakala suatu masyarakat yang tinggal di tempat-tempat gersang dan kering kesulitan mencari air, mereka akan berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkannya. Tak jarang hal ini memicu keributan di berbagai tempat.

Peran air sangatlah penting bagi kehidupan di dunia ini. Manakala suatu masyarakat yang tinggal di tempat-tempat gersang dan kering kesulitan mencari air, mereka akan berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkannya. Tak jarang hal ini memicu keributan di berbagai tempat.

Namun, tahukah Anda? Di dunia hewan, ada spesies kumbang gelap kecil yang termasuk ke dalam famili Tenebrionidae. Kumbang ini berasal dari Gurun Namib yang terletak di pantai barat daya Afrika. Ia hidup di salah satu habitat terkering di dunia.

Bagaimana hewan kecil ini bisa bertahan hidup di tempat gersang tersebut? Ternyata, beberapa spesies kumbang gelap ini mengembangkan teknik yang unik untuk memperoleh air dari udara. Dengan menggunakan permukaan tubuhnya, kumbang gelap ini bisa memanen air embun atau kabut laut dari udara.

Beberapa peneliti pun akhirnya mempelajari kumbang ini. Mereka terinspirasi oleh tubuh kumbang untuk mengembangkan permukaan sintetis. Hal ini bertujuan untuk mengungkap peran yang dimainkan oleh struktur, kimia, dan perilaku dalam menangkap air dari udara. Tentu saja hal ini akan menjadi solusi yang dapat diterapkan di berbagai tempat-tempat kering yang membutuhkan air.

Alur atau tonjolan berukuran mikro pada sayap depan kumbang yang mengeras dapat membantu mengembunkan dan mengarahkan air ke mulut kumbang. Sedangkan kombinasi area hidrofilik (menarik air) dan hidrofobik (menolak air) pada struktur ini dapat meningkatkan efisiensi pemanenan kabut dan embun.

Pada spesies kumbang gelap tertentu, tindakan menghadap ke arah angin berkabut dan mengangkat ujung belakangnya ke udara (dikenal sebagai perilaku berjemur di bawah kabut) dianggap sama pentingnya dengan struktur permukaan tubuh untuk berhasil memanen air dari udara.

Bagaimana bisa kumbang kecil ini memperoleh pengetahuan semacam itu? Tentu ini sangatlah unik. Strategi yang dilakukan oleh kumbang ini pun pada akhirnya memberikan ide bagi para insinyur mengembangkan sistem serupa untuk mengumpulkan air bagi manusia.

Habitat dan Perilaku Kumbang Gelap

Kumbang gelap atau dikenal dengan nama kumbang Darkling, banyak hidup di AS bagian Barat dari Arizona hingga California. Ada terdapat 100 spesies dalam genus ini di California. Umum di banyak habitat tetapi khususnya beradaptasi dengan daerah yang kering.

Mereka adalah pemakan dan pemulung umum, serta merupakan kumbang nokturnal yang hidup di tanah. Biasanya mereka ditemukan di bawah batu dan batang kayu pada siang hari.

Di alam liar, mereka memakan bahan tanaman yang membusuk. Dan di Kebun Binatang, mereka justru diberi makan Apel, makanan monyet, dan selada.

“Sebagai pemulung, kumbang darkling memainkan peran ekologis penting sebagai pengurai. Namun, kebiasaan mereka sangat beragam,” kata Dr Yun Li, dari Universitas Nasional Australia.  Ia meneliti kisah evolusi dari kumbang gelap ini. Hasil penelitiannya ia terbitkan dalam jurnal Current Biology pada 19 Agustus 2024.

Banyak kumbang gelap beradaptasi secara khusus untuk kehidupan di gurun. Beberapa di antaranya, yang hidup di Gurun Namib di Afrika bagian selatan, dapat memanen air dari kabut. Kumbang ini bertengger di punggung bukit pasir dan mengangkat ujung belakangnya, sehingga punggungnya menghadap angin..

Ketika terganggu, beberapa kumbang (genus Eleodes) mengambil posisi bertahan dengan berdiri di atas kepala dan mengeluarkan zat kimia dari kelenjar aroma di bagian belakang yang menghasilkan bau tak sedap dan mengubah kulit menjadi cokelat.

Beberapa spesies dapat terbang dan mungkin tertarik oleh cahaya di malam hari. Tapi banyak spesies yang tidak bisa terbang; beberapa memiliki elytra (sayap depan seperti cangkang) yang menyatu, tanpa terlihat adanya belahan di bagian belakang. Spesies dengan sayap depan yang menyatu sangat umum di habitat gurun.

Meskipun gurun memiliki sifat yang keras, beberapa organisme telah mengembangkan adaptasi fisiologis, morfologis, dan perilaku untuk bertahan hidup di lingkungan ini.

Dengan memeriksa adaptasi evolusioner yang memenuhi tuntutan multifungsi lingkungan gurun, wawasan yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat teknologi adaptif bagi eksplorasi lingkungan yang ekstrem.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *